Rabu, 03 Maret 2010

Perjalanan hidup yang menarik tentu dipenuhi dengan dinamika tantangan dan hambatan dalam menggapai cita-cita keberhasilan. Sehingga, setiap waktu kita dituntut untuk memberikan kemampuan pikir dan tenaga dalam memecahkan setiap permasalahan maupun dalam memanfaatkan peluang. Setiap insan pasti menyadari bahwa keberhasilan tak akan tergapai dengan hanya perjuangan yang individualis. Akan sangat melelahkan untuk berusaha menangani semua beban dalam satu pundak. Kita membutuhkan sahabat yang dapat dipercaya, kita membutuhkan saudara yang ikhlas, kita membutuhkan kawan yang bijaksana, kita membutuhkan teman yang jujur dan kita membutuhkan rekan yang dapat menyayangi. Kita dilahirkan dengan bakat dan kemampuan masing-masing, akan tetapi, hati, emosi dan daya pikir ini tak akan pernah mampu untuk selalu bisa kita kendalikan. Untuk itu, kita akan selalu membutuhkan nasehat, kita akan selalu membutuhkan tenaga tambahan, kita akan selalu membutuhkan dorongan semangat dan kita akan selalu membutuhkan kasih sayang.
Network atau jaringan hubungan sosial yang produktif adalah yang mampu mewujudkan sebuah wadah dalam menyediakan dan memberi kesempatan masing-masing individual untuk memiliki aspek-aspek sosial tersebut diatas. Sudah tentu, wadah yang berwujud sebuah organisasi sosial tersebut, juga, harus memiliki pilihan tujuan untuk dijadikan landasan arah perjalanan. Pilihan tujuan tersebut dapat berbentuk atau terciptanya lebih dari satu cita-cita yang memberikan kepuasan bersama. Tujuan yang dipilih pun harus selaras dengan keinginan masing-masing individual yang beragam untuk, nantinya, dinikmati bersama-sama.
Sebuah instana megah tak akan mampu berdiri dan memberikan cahaya keagungannya tanpa peran berbagai jenis bahan yang membentuk fondasi bangunan, serta bahan - bahan yang juga dapat memberi makna lebih dari sebuah kata indah. Selanjutnya, variasi bahan tersebut disatukan dalam suatu wadah yang kemudian dikelola oleh sebuah organisasi, yang dipimpin oleh seorang atau lebih artis atau seniman yang memiliki bakat untuk berkarya, mampu menciptakan sebuah visi dan misi yang tidak hanya akan menguntungkan, tetapi juga logis untuk diraih dihadapkan dengan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan organisasi tersebut. Organisasi juga dibentuk untuk menyediakan lengkapnya wawasan, ilmu dan keahlian dari berbagai profesi masing-masing anggota untuk selalu bersama-sama menjaga arah kompas pembangunannya. Tataran organisasi yang didukung legitimasi individual pun dibentuk agar masing-masing anggota mengetahui tugas dan tanggung-jawabnya. Akan tetapi dalam suatu organisasi sosial, legitimasi ini hanya bersifat semu. Pangkat dan jabatan hampir tidak terlihat dan berpengaruh karena semua lini dalam struktur organisasi tersebut memiliki suara dalam berperan untuk memberikan fungsi nasehat sesuai keahliannya. Bisa dipastikan bahwa budaya yang dianut adalah budaya demokrasi yang sempurna. Sehingga, ada baiknya kita mengesampingkan gambaran organisasi birokrasi, contohnya organisasi pemerintahan maupun militer, yang sudah tentu memberikan tuntutan kepada masing-masing anggota dalam tiap lini organisasi untuk menghormati dan loyal kepada kebijaksanaan manajer di tiap masing-masing bagian.
Dalam suatu waktu, proses pembangunannya akan mengalami kendala dari berbagai aspek yang menuntut kesabaran semua pihak yang terlibat dan menuntut pengertian semua anggota organisasi untuk turut berembuk dan memecahkan masalah yang menghalangi proses pembangunannya. Terkadang menuntut kesadaran masing-masing individu untuk mengesampingkan kepentingan pribadinya dan berkorban demi kepentingan bersama. Bentuk visi dan misi kembali akan menjadi pertanyaan disetiap masing-masing anggota. Apakah istana megah yang akan didirikan dapat juga memberikan pencerahan kepada pribadinya ? Atau hanya akan menguntungkan bagi penghuni istana tersebut nanti? Ataukah berdirinya sebuah istana megah itu hanya memberikan kenikmatan popularitas sang artis dan seniman tersebut, yang sudah tentu akan turut dihiasi dengan harta emas dan berlian yang melimpah ? Seberapa bagian harta tersebut akan dirasakan oleh setiap masing-masing anggota organisasi yang turut serta memberikan tenaga untuk berpikir, untuk mencari solusi dan juga turut mengorbankan fisik dan materiil ?
Sebelum terlalu jauh arah kompas pembicaraan melenceng dari tujuan mencari penjabaran organisasi sosial yang produktif, ada baiknya mari kita membatasi kembali dengan membedakan organisasi sosial dengan organisasi usaha. Organisasi usaha sudah tentu sama dengan organisasi birokrasi, yang memiliki hirarki dimana di dalam bagian organisasi berbentuk kerucut itu, memiliki legitimasi yang hampir sama dengan organisasi birokrasi. Organisasi sosial, sekali lagi, memiliki budaya demokrasi yang utuh dimana kebebasan berpendapat dalam bertukar pikiran menjadi landasan dalam proses operasinya. Pimpinan organisasi atau dalam konteks pembangunan istana megah ini adalah sang seniman itu sendiri, tidak akan pernah merasa tinggi hati dengan jabatan sebagai pemimpin. Segala masukan dan saran yang membangun selalu diterima dan ditampung untuk kemudian dievaluasi tentang bagaimana mengaplikasikannya dan apakah bermanfaat bagi kelancaran pembangunan. Tidak ada yang merasa disalahkan dalam mengemukakan pendapat. Masing-masing individual selalu dihormati atas semua buah pikirnya. Dan yang terpenting adalah menyadari bahwa setiap jiwa dan hati individu mudah terpengaruh oleh faktor-faktor luar sehingga kadang pendapatnya menyebabkan friksi atau gesekan dalam berhubungan. Untuk itu, walaupun secara bersama-sama saling menjaga untuk tidak mengucapkan hal yang menyebabkan ketidak-nyamanan orang lain, tetapi juga untuk berpikiran positif menerima kritik yang terkadang pedas untuk ditelan. Selanjutnya, berpikir positif -lah yang harus terus dianut di atas segala-galanya agar gesekan yang menimbulkan hawa panas tidak terus berlanjut kepada konflik dan perpecahan. Suatu yang sulit untuk di implementasikan dan diciptakan karena dihadapkan dengan budaya berkomunikasi yang berbeda-beda dari masing-masing individu.
Mari kita kembali kepada tahap pembangunan sebuah istana megah yang mulai menuai konflik dan rasa ketidak-percayaan dalam salah satu babak pembangunannya akibat berbagai faktor dari luar maupun dari dalam. Pertanyaan yang timbul akan sebuah visi dan misi berdirinya istana megah tersebut harus selalu dijawab sebelum terlambat. Masing-masing individu harus dipastikan mengerti dan diingatkan agar organisasi selalu kebal dan imun dalam menghadapi setiap virus yang menyusup badan organisasi. Selain itu, budaya saling menghormati yang menciptakan harmonisasi hubungan akan menimbulkan rasa saling percaya yang kuat dan tahan banting. Sehingga, apapun cobaan yang menghalang, apapun rintangan yang harus dilalui dengan pasti akan selalu terlewati walaupun terkadang memakan waktu yang lama. Pemecahan masalah terkadang disarankan dengan wujud yang berbeda-beda dan mungkin bisa sangat kontradiktif antara satu dan lainnya. Untuk itu, masing-masing individu kadang pun harus legawa dan rela memberikan kesempatan kepada ide-ide lain untuk dijadikan alat utama memperbaiki mesin organisasi. Tidak hanya rela, tapi juga dituntut untuk memberikan dorongan kreatifitas, moril bahkan materiil dalam mendukung ide orang lain yang terpilih untuk digunakan, yang terkadang sangat menyakitkan untuk diterima. Saat ini, masing-masing bagian rantai besi organisasi ini dituntut untuk rela berkorban dalam menjaga kekuatan persatuan rantai secara keseluruhan. Bila salah satu mata rantai melemah, sudah tentu rantai besi yang digunakan untuk mengamankan suatu tujuan akan mudah buyar dan selanjuntya akan tidak berfungsi sama sekali.
Ujian dan cobaan akan terlewati bila organisasi ini memiliki budaya persahabatan yang kuat. Dalam perjalananya terkadang membutuhkan juga kerelaan sang seniman untuk mundur karena menyadari kegagalannya untuk mempertahankan arah kompas pembangunan. Gagal karena tidak mampu memberikan inspirasi kepada masing-masing anggota untuk menciptakan budaya persahabatan. Restrukturisasi organisasi pada suatu masa, mungkin akan dibutuhkan dan dilaksanakan untuk mengganti bagian rantai besi yang sudah mulai usang dan tidak memiliki ketahanan seperti sedia kala. Usia pun akan turut mempengaruhi kekuatan masing-masing individu karena sudah menjadi hukum alam, bahwa tidak ada sesuatu yang abadi hidup di dunia ini. Akan tetapi, bila visi dan misi yang inginkan itu sangat bernilai harganya, bila istana megah itu dapat memberikan keindahan luar biasa yang mampu membawa kebahagiaan umat, yang mampu memberikan kenikmatan lahir dan batin bagi setiap anggota organisasi layaknya seorang musafir yang takjub melihat keindahan Rumah Tuhan, maka tujuan itu akan menjadi perekat abadi sebuah organisasi persahabatan itu. Menjadi sebuah penjaga arah kompas dalam perjalanan mencapai tujuan. Menjadi sebuah alarm yang menyadarkan setiap anggota bahwa vektor jalan setapak yang dilalui sudah mengarah ke jurang kehancuran. Sehingga setiap waktu, setiap masa, organisasi sosial ini akan terus berjalan di tempat yang aman walaupun melewati segala macam rintangan yang menguji seberapa kuat tali persahabatan yang dimiliki. Menguji seberapa kuat masing-masing mata rantai persahabtan itu kokoh yang kadang menuntut pengorbanan yang menyakitkan agar rantai besi tersebut dapat selalu menjadi pengaman terciptanya sebuah istana yang megah nan indah.
- Mohon masukan dan kritik dari para sahabatku yang tentunya akan menambah wawasan penulis dalam berkarya untuk kemakmuran bangsa dan negara, serta kebahagiaan keluarga kita dan masa depan anak cucu kita kelak.



BY :
fatimah az zahra
rina syahfitri
syahfitriani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar